News

    Informasi berita dan tips seputar traveling


Home > News

FAKTA MENGEJUTKAN KOTA PANGKALPINANG

Senin 30 November -0001 | 00:00 WIB

Ketimbang Bangka Belitung, Pangkalpinang masih terdengar kurang familiar bagi banyak orang. Padahal Pangkalpinang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tempat lokasi pengambilan gambar film Laskar Pelangi.

Sebenarnya tak terlalu banyak ekspektasi saat kami berkunjung ke kota seluas 118.408 km2 ini. Namun nyatanya kami justru dibuat tercengang saat menjelajah kota kecil yang menjadi penghasil timah terbesar nomor dua di dunia.

Berikut ini lima fakta mengejutkan yang harus kita tahu dari kota pangkalpinang . Tentunya dengan sejarah dan cerita luar biasa di baliknya. Seperti apa?

Menumbing Heritage Hotel

Tembok kokoh menyambut kami saat memasuki gerbang hotel pertama di Pangkalpinang yang didirikan tahun 1866 ini. Mempertahankan arsitektur bangunan aslinya, hotel yang sebelumnya berfungsi sebagai tempat tinggal para kapiten ini memberi sentuhan modern dalam desain interiornya.

Didominasi warna putih, menambah kesan bersih dan kekinian. Mendapat sentuhan tangan dingin desain interior dari Jepang, seluruh spot dari pintu masuk, ruang tunggu, perpustakaan, menjadi lokasi foto yang ikonik.

Bagi Anda yang hobi fotografi, Menumbing Heritage Hotel menjadi tempat yang cocok untuk mendapatkan gambar menarik. Jangan lupa menjajal sensasi naik lift yang luar biasa uniknya.

Kuburan Tionghoa Sentosa

Belum pernah kami melihat kuburan Tionghoa seperti Sentosa yang terletak di Jalan Soekarno Hatta Pangkalpinang. Ternyata kompleks pemakaman Tionghoa seluas 27 hektar ini menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.

Saat memasuki areal ini, bukan rasa takut yang dirasa, melainkan takjub. Betapa tidak, sebanyak 19.000 kuburan Cina berukuran ekstra berdiri rapi di atas kontur berbukit dengan warna-warni yang menjadi pemandangan menawan.

Mengingatkan kami pada susunan rumah di Santorini, Yunani. Keberagaman warna dari tiap gundukan makam menyempurnakan keindahan tempat peristirahatan terakhir ini.

Rasanya ingin kembali lagi pada 5 April dan melihat keturunan Tionghoa di seluruh dunia berkunjung ke Sentosa untuk memberikan penghormatan pada leluhurnya yang dikenal dengan Cheng Beng. Tradisi ini menjadi event internasional yang banyak dinanti.

Latrasee Bistro

Bangunan gaya Melayu dengan palet hijau dan kuning yang sedap dipandang mata di jalan protokol Pangkalpinang ini, membuat siapa pun yang melewati akan tertarik untuk mengunjunginya. Bangunan yang sudah ada sejak 1860 itu dikenal dengan nama Latrasee, yang diambil dari bahasa Bangka yang berarti sudah terasa.

Kini Latrasee atau House of Lay diurus oleh generasi kelima keluarga Lay, Hongky Listiyadhi. Di tangan Ongky, begitu sapaan akrabnya, Latrasee sedang berjuang untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.

Selain bangunan, Latrasee pun terus berbenah melestarikan berbagai peninggalan perabot dan furnitur dari generasi keluarga pertama. Menggandeng partner, Ongky melebarkan pelestarian Latrasee dengan membangun hotel di belakang rumah Melayu-nya yang membuat lanskap bangunan ini makin apik dan epik.

Bangka Botanical Garden

Banyak yang penasaran dengan pencemaran lingkungan akut di Bangka Belitung dan Pangkalpinang akibat penambangan timah yang tidak bertanggungjawab. Terutama pembuangan limbah beracun yang mengancam keberlangsungan hidup orang banyak.

Menjawab permasalahan dan langkah konkret mencegah perusakan lebih masif lagi, perusahaan penambang melakukan gerakan pemulihan lahan tambang di kawasang Ketapang, Kota Pangkalpinang. Meski tak melibatkan sarjana Kehutanan, mahakarya yang dipimpin Johan Riduan Hasan ini mendapat penghargaan Kalpataru.

Taman seluas 200 ha ini pun dibagi menjadi tiga konsep, peternakan, perkebunan, dan perikanan. Kini kolong atau bekas galian tambang timah berubah menjadi danau dan rawa indah. Salah satu tempat berfoto indah adalah berdiri di lorong pohon cemara yang mengingatkan kami pada salah satu Pulau paling cantik di Korea, Nami Island.

Kolong Kaolin

Sebelum mendarat di Bandara Udara Depati Amir, kami disajikan dengan pemandangan danau indah berbagai warna, dari hijau tua sampai tosca. Tak heran jika muncul julukan Kota seribu danau bagi Pangkalpinang.

Kami sempat mengunjungi sebuah kolong, sebutan bagi danau bekas galian tambang timah saat perjalanan menuju Pantai Tanjung Pesona. Danau atau Kolong Kaolin berusia ratusan tahun itu terlihat magis dengan historis di baliknya.

Dikelilingi bukit bebatuan dan ilalang, kami merasa sedang berada di pegunungan Rocky di Kanada. Semoga semua lahan tambang di Pangkalpinang bisa kembali subur dan menjadi sumber kehidupan bagi generasi selanjutnya.(sumber:liputan6.com)

Tag :